Berternak dan Bertani Mandiri itu penting

- Juli 11, 2017

Berternak dan Bertani Mandiri itu penting

 

Harga pangan naik itu rutinitas tahunanJakarta. Nyaris setiap 12 bulan warga atau juga bisa dikatakan masyarakat Indonesia merasakan kenaikan harga bahan pangan. Silih berubah bahan pangan melonjak harganya, mirip hasil kocokan arisan. Tahun lantas, harga kedelai melonjak tidak terduga. Tahun ini, giliran harga bawang merah, bawang putih, kedelai, cabai rawit merah, dan daging sapi.
Lonjakan harga bawang merah dan bawang putih yng berlangsung selama beberapa pekan ini, misalnya, sungguh luar biasa. Harga dua jenis bawang itu masing-masing melonjak tiga kali lipat dan empat kali lipat! Hasil pantauan KONTAN pada Kamis (28/3) di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur, harga bawang merah masih di kisaran Rp 45.000–Rp 55.000 per kilogram (kg). Bandingkan, sebelumnya, harga bawang merah anteng di Rp 18.000 per kg.
Harga bawang putih yng umumnya pula cuma Rp 18.000 an per kg, bahkan pernah sempet melonjak tidak karuan sampai-sampai Rp 72.000 per kg. Pada titik tertinggi itu, pedagang di Pasar Induk Kramat Jati pernah sempet kulakan dari importir di harga Rp 55.000 per kg. “Kenaikan harga bawang kali ini sungguh-sungguh luar biasa keterlaluan,” kata Antoni, seorang pedagang di Pasar Induk Kramat Jati Jakarta.
Lagi-lagi infrastruktur
Tahun lantas, kita pula merasakan kenaikan harga beras. Beras kualitas medium yng biasanya menyandang banderol Rp 6.000 per kg, tatkala itu Perlu ditebus pada harga Rp 9.000 per kg. Malah, harga kedelai yng melompat 35% menjadi Rp 8.000 per kg membuat perajin tempe dan tahu menutup produksi.
Fakta silih berubah lonjakan harga bahan pangan ini memicu pertanyaan ihwal keberadaan pemerintah dalam mengamankan pasokan pangan bagi warganya. Nuansa adanya faktor “kesengajaan” setiap kali harga bahan pangan melonjak begitu kental. Sayang, sejauh ini tidak ada bukti kuat. ..
Sumber (http://nasional.kontan.co.id/news/harga-pangan-naik-itu-rutinitas-tahunan/2013/04/03)
Tidak sedikit media bercerita kenaikan harga pangan, pengamat mengatakan: ini salah pemerintah. Pembaca sekalian saya ingin mengujarkan bahwasanya menanggapi masalah ini berlebihan tak akan menyelesaikan duduk perkara pangan di dapur kita. Kemampuan daya beli di tentukan kerja keras dan bisnis kita, memaki dan menuduh salah bahkan membuang waktu produktifitas kita. Apalagi menuduh salah pemerintah. telah saatnya kita kreatif, keberadaan kita bukan menjadi beban negara namun berkontribusi bagi negara, minimal kita mampu memenuhi pangan kita. Andai mampu GRATIS mengapa
Perlu BELI?
Iya saat ini harga pangan naik. Mengapa naik? ada tidak sedikit faktor.. cuaca, Infrastruktur, Lahan sempit, SDM tak mempunyai kualitas, Ilmu dll.
Saya ambil semisal:
  • Saat ini lahan sawah semakin sempit, lantaran tidak sedikit di bikin perumahan
  • Lahan sawah pula makin tak subur lantaran penggunaan pupuk kimia terlebih
  • Generasi muda yng mau bekerja di sawah pula semakin langka.
  • Petani masih mempergunakan pola tradisional yang dengannya ilmu nenek moyang
  • di dukung infrastruktur yng tak layak
  • pungli dimana mana..
andai demikian wajar andai harga naik.
Nah telah saatnya kita mengawali swasembada pangan keluarga.. kalaupun Perlu beli gak usah seluruh Perlu ada yng bersal dari kebun sendiri.
Tidak sedikit lho yng mampu di praktekkan, cuma yang dengannya modal minim, tanah sempit, kotoran ternak kita telah mampu berdikari. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk bisa ilmu pertanian peternakan yng praktis, gak butuh tidak murah. asal ada kemauan pasti ada jalan.
Mudah-mudahan ini mampu menjadi pemikiran bersama, mari bertani mari berternak berdikari.

Sumber rujukan dan gambar : http://ternak-kambing-gibas.blogspot.com/2013/04/berternak-dan-bertani-mandiri-itu.html.

Seputar Berternak dan Bertani Mandiri itu penting

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Berternak dan Bertani Mandiri itu penting